Mewaspadai Penunggangan Yang Akan Memperkeruh Dan Kesan Lebih Baik Karena Tidak Mengulang Mei ’98
Dan Traumanya itu…
Mewaspadai Penunggangan Yang Akan Memperkeruh Dan Kesan Lebih Baik Karena Tidak Mengulang Mei ’98
Dan Traumanya itu…
Sebuah rentetan demonstrasi yang berujung bentrok karena dianggap membahayakan dan menganggu ketertiban umum oleh penguasa untuk tetap berlangsung wajar kekuasaan dan ketertiban umum tersebut. Dan akibatnya sungguh menjadi teramat sangat menganggu dan menimbulkan kekacauan dalam cakupannya yang luas, dengan nyaris hampir seluruh kota besar diindonesia. Tercatat sudah 10 korban nyawa dengan korban nyawa awal Affan Kurniawan tidak terkait demonstrasi juga 3 staff yang terjebak di gedung DPRD di kota Makasar, untuk juga menambahkan dan menyertai 1000-an orang terluka, 22 halte transportasi publik yang terbakar atau dirusak, 15 gedung dirusak dengan 8 terbakar dimana yang paling parah dan memakan korban nyawa adalah gedung DPRD Sulawesi Selatan di kota Makasar tersebut dengan 3 korban nyawa, 12 Pos dan kantor polisi yang dirusak dengan 6 kantor dan 20 mobil polisi yang terbakar; tentu dengan ini semua tidak hanya mengganggu fungsi pelayanan akan tetapi berdampak dan menyebar kepada aktivitas ekonomi yang terhambat.
Dan selalu teringat akan pemicunya, dimana kekuasaan demokratis tersebut tidak menggerakkan kondisi nyata dari ekonomi yang meningkatkan kesejahteraan. Dianggap tidak terealisasinya janji, akan tetapi, ini yang dianggap penyebab, bahwa dianggap lalai dan abai dengan justru memberikan tunjangan kepada para legislator yang seharusnya bersikap kritis terhadap kekuasaan demokratis tersebut yang tahapannya dikatakan gagal, intinya ekonomi kurang baik dalam memenuhi janji dan menjadi tambah kurang baik, akan tetapi ada segelintir yang menikmati hal kurang baik tersebut dengan lebih segelintir lagi yang menantang ketika dianggap kurang baik !
Lantas bagaimana iman percaya kita merespon hal itu ? Kita tidak bisa beranjak jauh ketika kita juga jadi bagian dari warga yang terdampak dari ekonomi yang kurang baik ini. Karenanya, sebagai orang percaya, berkeyakinan akan iman percaya kepada Kristus sebagai juru slamat kita tetap mendoakan pemerintah (Roma 13:1), yang dalam banyak hal kita sadar bahwa pemerintahan di dunia tidak akan sadar dengan sangat penuh dan ideal, akan tetapi dengan kesadaran yang sama, tentunya tidak penuh dan ideal tersebut adalah juga menjaga akan kekuasaan pemerintahan itu tidak jahat dan pongah.
Sayangnya kekuasaan yang seharusnya jadi obyek protes demo atas tunjangan bukan semata legislator para “wakil rakyat” tetap mencurigai pihak-pihak “luar” bahkan mengarah kepada makar atau terorisme. Karenanya mendinginkan suasana dan rasanya kita sudah berada dalam tahap itu untuk tahu kemarahan masyarakat didengar penguasa. Haruskah selalu didengar setelah adanya bakar-bakaran dan korban nyawa yang teramat mahal ?
"Lantas bagaimana iman percaya kita merespon hal itu ? Kita tidak bisa beranjak jauh ketika kita juga jadi bagian dari warga yang terdampak dari ekonomi yang kurang baik ini..."
Terlepas dari itu, keadaan marah dan dicurigainya oleh kekuasaan sebagai campur tangan luar yang menjadikan politik kemudian semakin diperbincangkan dengan desas-desusnya dan tentunya sulit untuk mengabaikan dan mengalihkan hal tersebut. Sesuatu yang dari media sosial untuk tersulut juga dengan ini harus disyukuri, bahwa dengan media sosial tanpa mengecilkan dampak kerusakan dan provokasi atasnya—mereka yang pernah menyaksikan Tragedi kekacauan Mei ’98 haruslah bersyukur bukan karena eksesnya kemudian setelah tahun 1998; yang menjadikan penyelenggaraan kekuasaan harus tidak sewenang-wenang, penyelewengan yang semakin terungkap dengan berdirinya KPK, pembatasan kekuasaan presiden untuk hanya 2 peiode terpilih dan berkuasa, hingga pemilu yang melibatkan partisipasi penuh sekalipun belakangan dirasa mulai surut secara kualitas. Bahwa meninggikan diri dan menjauh dari trauma Mei 98 tersebut, karenanya semoga tidak adanya pelecehan dan kejadian perkosaan dalam demo massif dengan kesan bakar-bakaran dan terekspos dengan media sosial tersebut. Dan sejauh ini tidak ada yang sangat kelam seperti di Mei ’98 tersebut, dengan perkosaan massalnya yang sempat ingin dieliminasi oleh kekuasaan tersebut. Berdoa buat kekuasaan dan teruslah kritis terhadap kekuasaan…
0709'25