Juni
Pengantar Misi & Diinterupsi Dengan Pandemi Yang Membunuh, Perihal Perilaku Ketika Menelaah Rencana Tuhan?
Pengenalan Misi Dalam Telaah Awal Yang Memang Berbeda...
Sungguh tak terduga, tak dinyana bahwa kita menghadapi pandemi yang jelas bukan sebuah siklus—dan kita tidak pernah menginginkannya, ketika pernah terjadi wabah global sejenis ini, terakhir di tahun 1918 yang dikenal dengan Flu spanyol. Maka menyorotinya pun terasa gamblang, sebagaimana hari-hari yang, kita jalani sekarang. Iman percaya kita mengaitkan dengan faktor-faktor yang sama dengan serangkaian kejadian luar biasa yang juga terjadi di Akitab. Sebagai sebuah wabah adalah menegaskan akan Allah sendiri dan menjadi misi Allah kemudian. Maka analisis modern kita pun berkembang bersamaan dengan telah beberapa bulan kita ‘akrab’ dengan diliputi kecemasan dan kewaspadaan, jika bukan pada gilirannya kita yang akan terkena—sejauh ini kecemasan ini bukan berada daam kenaifan yang bisa menurunkan imunitas, ketika kita jugga tahu cara menghindarnya dengan kewaspadaan kita.
***
Pemgantar misi, jika diketengahkan memang menjadi menarik. Karena sumbernya yang berasal dan sudah barang tentu penegasan akan sumber itu sendiri; Alkitab. Kisah yang dipaparkan menjadi sangat misional, menegaskan orientasi misi.
Melalui Kejadian 12. Dimana menurut Michael Goheen dari yang khusus akan tertuju kepada yang universal. Sepakat sebagai penyataan misi Allah dinulai dari kejadian 12 ini, ini kisah orang yang dipilih; dimulai dengan pemilihan Abraham dan janji yang diberikan Allah kepadanya (Kej. 12: 1-3). Namun, kisah Alkitab tidak dimulai dengan Abraham. Karena Kejadian 1–11 memberikan latar belakang universal yang dengannya Abraham dipilih. Untuk mengatur kisah Abraham dalam konteks ini adalah untuk menekankan “dimensi universal dari rencana ilahi yang mencakup seluruh umat manusia dan semua ciptaan.” Sejumlah tema penting yang akan berlanjut sepanjang kisah Alkitab diperkenalkan: Allah Abraham dan Israel adalah pencipta langit dan bumi; hanya ada satu Allah yang benar, dan tidak ada yang lain; Dia adalah Tuhan bukan hanya Israel, tetapi semua bangsa; dia adalah penguasa atas seluruh bumi dan seluruh sejarah; semua bangsa muncul (Goheen; 2014,40) ........
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Sayonara” Gereja Posko (Nopember) 2009 – (Mei) 2020 ?
Sebuah rintisan yang menjadi cikal bakal, kembali mengaktifkan, berniat indie, teguh pada konfirmasi “Doktrin anugerah”; sedikit banyak telah ‘memberkati’ beberapa orang yang digugah akan pelayanan dan juga kelanjutan fase kehidupannya dengan menjadi keluarga, juga telah mengundang untuk mengecap kesaksian guna tersyiar dan dipersekutukannya dengan dan hanya melalui terang Injil Yesus Kristus: 5 orang muslim & 1 orang yang akhirnya memberi dibaptis.
Dan mengalami fase perubahan dengan gonjang-ganjing hingga diabaikan untuk dikatakan diterima warga dengan berpindahnya tempat (bawah) ke area petakan (atas) pada April 2014 hingga sekarang.
Harus mengalami masa kemandekan dengan musibah yang menimpa dari rekan yang harus intensif selama 5 bulan guna merawat orang tua. Beryukur akan rencana Tuhan dan diputuskan untuk terhenti, bersamaan dengan wabah pandemi yang sayangnya justru mengalami kenaikan uang sewa karena perubahan administrasi pembayaran. Beryukur sekalipun banyak yang secara tidak langsung menginginkan dengan abai untuk posko tutup, pemeliharaan Tuhan yang bisa dicermati dari berbagai sudut pandang tetap berlangsung. Karena menjadi cika bakal untuk pelayanan yang mengidentikan diri sebagai “Reformed Baptist” dan rintisan pelayanan yang menjangkau kalangan “sunnah wal jama’ah”. Sebuah pencapaian dan meyakini dalam pemeliharaan Tuhan akan apa yang telah berlangsung...
(Lebih lanjut silahkan buka tautan dibawah)
Desember
Pengantar Misi & Diinterupsi Dengan Pandemi Yang Membunuh, Perihal Perilaku Ketika menelaah Rencana Tuhan ?
(Lanjutan)
Pengenalan Misi Dalam Telaah Awal Yang Memang Berbeda...
Ketiadaanharapan
Tetapi dengan tidak menafikan tekanan yang sungguh merongrong dan mematikan semangat hidup. Bahwa telah dilalui, telah menjadi bagian dengan selang waktu melampaui 6 bulan lebih (Maret- september, kondisi perilaku dengan pembatasan menjadi terbiasa.
Hal yang menjadikan perilaku normal, menjadikan kewajaran baru dengan masker, cuci tangan berbilas sabun atau pembersih yang mematikan virus dan menjaga jarak. Sambil tetap awas dan mengingat bahwa akan selalu tercatat korban jiwa tersebut. Mengingatkan akan sebaran wabah yang memang nyaris memenuhi tahun 2020 ini. Tahun yang ditandai dengan kekhawatiran dan musibah bersama.
Mawas diri dan penanganannya oleh “kekuasaan” yang ada—karena untuk hal ini memang ada ketentuan yang mengatur dan sudah sangat kita terima didunia modern yang berlangsung ini akan peran pemerintah. Kewenangan pemerintah yang tetap menimbulkan respon, karena menyadarinya akan pemeliharaan Tuhan dan gejolaknya kita memandang dengan iman percaya, hal yang hadir untuk pemerintah menjaga ketertiban yang juga dalam bagian besarnya menopang akan aktivitas kita yang dibatasi ini.
Maka ketika kita terkungkung kita menghadapi juga—dan dengan pemaksaan yang harus dilekatkan kepada kita karena untuk kebaikan kita juga. Rupa-rupa hal yang sungguh mendera kita dan membuat kita dibatasi oleh kewenangan kekuasaan pemerintah yang adalah “...ditetapkan oleh Allah” (Rm 13:1)
Kejenuhan ?
Apa yang meningkat dari sini ketika terjadi pembatasan. Menerapkannya sebagai sebuah isolasi diri. Ketika hal berat yang punya efek mencekam. Perilaku-perilaku yang tidak lazim yang juga didera oleh keterbatasan ekonomi, setidaknya lantaran aktivitas ekonomi yang juga menurun dan efek histeria bisa muncul disamping tentnya mempertanyakan dengan pemenuhan yang utama adalah soal ekonomi terebut. Isolasi yang membuatnya harus terhubung secara virtual yang mungkin terjadi diwilayah dengan fasilitas yang mencukupi untuk kota dan pinggiran, mengingat isolasi diri dan bersama tidak mutlak berlaku hingga kepelosok.............................................................................................................................................................................................................................................
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pembangkangan, Sebuah Respon Dari Pemaksaan Kehendak ?
Ketika iman percaya menghadapi pengessahan UU yang tak dinyana
dan di duga; Ombibus Law...
Sukar dipahami memang. Kondisi yang memaksa untuk membatasi ternyata terlecut dengan sebuah keputusan ditingkat legislasi. Ketika dengan tiba-tiba bisa mengeluarkan produk undang-undang yang cakupannya sangat luas dalam membuka ruang akan investasi yang ada.
Maka respon yang cukup kaget pun menyertakan gelombang protes dan demonstrasi. Protes yang beernada serupa agar Undang-undang yang dimaksudkan oleh pembuatnya, legislasi DPR dan pemerintah ini tidak berlaku, segera dicabut, tolak dan batalkan ! Maka menguatnya pemerintah yang menghadirkan UU ini dihadapkan juga dengan pandangan kita, pandangan dalam iman percaya merespon dan berada dalam konsekuensi setelah UU ini.
Praktek dominasi kekuasaan
Sebuah penjelasan dari pembangkangan sipil (civil disobedience) memaparkan akan karakteristiknya bersifat rohani (spiritual witness) dan yang dikutip dengan pengaruh besarnya adalah martin Luther King pada serangkaian demo menolak tindakan rasialisme yang dilakukan secara sistemik. Bersifat rohani karena memang dikotbahkan King yang adalah seorang pendeta. Penjelasan dari serangkaian kejadian ketika melawan tanpa kekerasan yang dilakukan oleh sosok tokoh ketika melihat kesewenang-wenangan terjadi yang tak terperikan ketika “wakil Allah” melakukan itu.
Maka pembangkangan sipil dalam uraian-uraian teknisnya, menjadi semacam tindakan penunjukan diri yang berbeda dan menentang, ketika terjadi kebijakan yang menunjukan akan dominansinya sebagai yang berkuasa.
***
Hal yang juga menggucangkan tentu dengan isu lingkungan, dimana ketentuan yang mengetengahkan tentang sangsi bagi dampak kerusakan lingkungan yang ditimbulkan, ketentuan UU no 32 tahun 2009 Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH) dimana ada beberapa pasal yang berbenturan dengan RUU Cipta kerja atau omnibus ini dan sah telah diundangkan menjadi bernomer II/2020—sekali lagi informasi yang memuatnya adalah “draft” yang berubah. Dimana ketentuan mengenai sangsi dianggap tidak tegas dan nyata-nyata. Tak terbayang sikap ‘serius’ yang seperti ini ?!.......
(Lebih lanjut lihat tautan dibawah)